Pewarna Alami Daya Tarik Internasional

SLEMAN, KOMPAS - Batik yang selama ini dijual ke pasar sudah tidak lagi menggunakan pewarna yang sepenuhnya alami. Padahal, pewarna alami merupakan daya tarik batik Jawa yang sudah digemari masyarakat internasional sejak zaman kolonial.

Hal itu disampaikan ketua penyelenggara pameran bertajuk Kebangkitan Batik Indigofera Indonesia, Larasati Suliantoro Sulaiman, Minggu (4/5) di Galeri Batik Jawa, Jalan AM Sangaji. Pameran yang menampilkan 100 batik ini berlangsung 1-31 Mei.

Menurut Larasati, batik dari Pulau Jawa yang dipasarkan saat ini menggunakan pewarna kimia. "Padahal, sebelumnya para pembatik kita menggunakan pewarna alami. Tidak ada yang mengenal pewarna kimia," ujarnya.

Merujuk pada buku Mussenbroeck KatoenVerven in Java (1877), Larasati menyatakan, lebih dari 75 pohon perdu dulunya dipakai manusia Jawa untuk mencelup dan menghasilkan lebih dari 36 keselarasan warna pada batik.

Namun, datangnya indigo synthetic dari Jerman pada 1897 membuat para pelaku usaha batik tak lagi menggunakan pewarna alami seperti yang diambil dari pohon nila (Indigofera tinctoria) dan pohon soga. "Mereka beralih menggunakan pewarna kimia karena proses pencelupan warna yang lebih cepat. Padahal, kandungan karsinogennya tidak ramah lingkungan," ujar Larasati yang juga Ketua Paguyuban Pencinta Batik Indonesia Sekar Jagad.

Karena itu, dalam tiga tahun terakhir, batik dengan pewarna alami mulai diujicobakan di laboratorium oleh tim dari Institut Pertanian Yogyakarta untuk diperkenalkan kembali ke masyarakat luas sebagai batik yang mewakili budaya Jawa. "Apalagi, batik salah satu ikon budaya Jawa, seharusnya memperlihatkan nilai keasliannya," ujar Larasati.

Fauzan yang menekuni pewarnaan alami pada batik dalam tiga tahun terakhir mengatakan terdapat perbedaan dalam proses pewarnaan antara batik pewarna alami dan pewarna kimia. "Kalau batik alami proses pencelupannya hingga lima kali, pewarna kimia batik dicelup satu kali. Mungkin selama ini pembatik mencari proses instannya saja," tuturnya.

Menurut Fauzan, warna pada batik yang menggunakan pewarna alami akan terlihat lebih lembut dibandingkan dengan batik yang menggunakan pewarna kimia yang terlihat lebih mencolok. (A06)

Tidak ada komentar: